Narasi Cinta untuk Menulis
Aku sudah lama tidak menulis
Entah itu tentang fantasiku, atau hanya sekedar cerita sehari-hari
Goresan pena tak lagi kudapati dalam lembar-lembar kosong buku harian
Mungkin karena aku sudah semakin tumbuh berkembang
Kepadatanku sudah tak seperti dulu lagi
Keaktivanku menulis sudah tak sesemangat dulu lagi
Terkadang aku pusing memikirkan akar-akar dari sebuah bentuk pangkat polinomial, yang harus diselesaikan dengan cara diferensial
Atau aku pusing mencari limit mendekati nol dan limit mendekati tak hingga, bahkan limit trigonometri yang membuat kepalaku kelelahan
Sebenarnya bukan kelelahan juga, hanya aku merasa bosan
Dengan angka-angka
Mungkin juga aku berkelana terlalu jauh hanya untuk menentukan berapa kecepatan akhir sebuah bola yang jatuh dari gedung setinggi 80 meter
Atau mencari suhu yang tepat agar air mendidih
Kemudian tak pulang, karena terjerat sinus, cosinus, dan tangen dalam proyeksi gaya yang bekerja pada suatu balok di bidang miring
Atau aku menyelam terlalu dalam ke bilangan Avogadro agar aku dapat menemukan berapa jumlah molekul H2O dalam satu liter air
Kemudian mencari volume gas dalam keadaan standar dan menghitung laju reaksi
Lantas aku menelusuri rantai hidrokarbon yang tak berkesudahan, menggali dalam mencari bilangan oktan
Astaga ... sampai aku terjebak dalam larutan asam berlapis basa dengan pH yang harus segera ditentukan agar aku tak mati membusuk di dalamnya
Bisa saja aku mengarungi suaka marga satwa, menghafal nama ilmiah dari monera, protista, fungi, animalia, aves, pisces, dan plantae yang terdengar sama saja bagi telingaku
Saat istirahat makan siang pun, aku perlu mengetahui berapa kadar karbohidrat yang bisa kumasukkan dalam perut kecil ini supaya aku bisa bekerja optimal
Jika tidak aku bisa mengantuk dan mengetahui bahwa berat badanku naik
Aku sudah lama tidak menulis
Khayalanku mengarungi lautan kelabu demi menemukan bintang jatuh kemarin malam
Yang katanya sih, jatuh ke laut
Mungkin tanganku masih sibuk menulis
Ya, menulis nama, kelas, dan nomor
Kemudian mata pelajaran dan materinya
Lantas kuturunkan rumus-rumus yang kuketahui
Menjawab soal-soal ulangan
Aku berjalan pulang dan kutemui buku harianku sudah usang
Penaku mengering menjawab soal ulangan
Di akhir semester, kudapati nilaiku tak seberapa saja
Namun tiba-tiba ada sepucuk surat entah dari siapa
“Aku mencintaimu,” katanya
Aku melompat, mengambil uang dan membeli pena
Kutarik keluar buku harianku yang entah bagaimana nampak berseri-seri
Kemudian kutuliskan di dalamnya,
“Aku juga mencintaimu.”
Lengkap sudah,
Akhirnya aku menulis kembali
Azk.
21 Agustus 2017
***
Ini adalah tulisanku pada tanggal yang tertera, 5 tahun yang lalu, saat aku mulai sibuk di kelas XII dan meninggalkan aktivitas menulis yang kurintis sejak SD dan bertahan hingga SMP. Dan selama 5 tahun itu, aku menulis untuk diriku sendiri. Terkadang aku mempublikasikannya untuk komunitas kecil di kontak WhatsApp-ku. Tapi diantaranya juga aku publikasikan pada halaman pribadi yang mana tidak seorangpun mengenalku, seperti Tumblr (jarang aktif) atau akun instagramku dengan 0 pengikut. Aku nyaman melakukannya.
Namun agaknya, kali ini aku ingin menghidupkan arwah dari aktivitas menulisku. Hehehe.
Komentar
Posting Komentar