Perjalanan Komuterku: Dari reservasi hingga tap in


 Hai~

Setelah lulus dan menjadi pengangguran intelektual - mengutip salah seorang narasumber saat pembekalan calon wisudawan/wati - entah mengapa aku menjadi ingin menulis kembali di blog.


Sebagai mahasiswa yang hanya dipisahkan jarak sejauh 60 km dari rumah ke kampus, aku memilih menjadi mahasiswa rantau yang menetap di kota tempat kampusku berdiri. Sebagai anak perempuan paling muda yang dirawat Bapak, Bapak tidak mengizinkanku untuk mengendarai motor sendiri untuk perjalanan dari perantauan ke rumah atau sebaliknya. Naik bus pun tidak. Bagi Bapak, moda transportasi paling aman untuk putri kecilnya ini adalah kereta api!


Tahun 2018 | Reservasi dan go show

Sebelum merantau, aku sudah beberapa kali melakukan perjalanan dari Solo ke Jogja dengan kereta api lokal. Yap, KA Prambanan Ekspres alias Prameks yang menjadi favorit bagi para commuters Solo-Jogja. Saking favoritnya, tiket KA Prameks dari Solo sering habis. Akhirnya di masa-masa itu, aku lebih sering melakukan reservasi di stasiun terdekat. Karena jarak rumah dengan stasiun tidak terlalu jauh, aku sering mengayuh sepeda yang kemudian aku parkir di tempat parkir sepeda di seberang stasiun. Sampai stasiun pun aku harus mengantre untuk melakukan reservasi tiket. Antreannya pun bisa berjarak puluhan. Jika sudah demikian, terkadang aku memilih pulang dulu dan kembali beberapa saat kemudian. Sayangnya, nomor antreanku pernah terlewat karena kutinggal pulang. Akhirnya saat itu aku mengerjakan laporan praktikum di ruang tunggu stasiun supaya tidak ketinggalan antrean lagi.

Kisah reservasi ini hanya terjadi di Solo. Kurasa hampir tidak mungkin mendapatkan tiket go show KA Prameks, terutama di hari Minggu sore. Namun jika dari Jogja, aku lebih sering go show dan syukurnya tidak pernah kehabisan tiket.

Tahun 2019-2020 | KAI Access

Dengan perkembangan teknologi informasi, akhirnya pembelian tiket KA Prameks harus dilakukan melalui aplikasi KAI Access. Aku tidak begitu menyukai kegiatan yang harus dilakukan melalui aplikasi. Tapi karena aku bergantung pada KA Prameks, aku pun memasang aplikasi tersebut beserta alat pembayarannya yang terpisah, LinkAja. 

Ternyata pemesanan kereta api lokal melalui KAI Access sangat mudah. Aku tidak perlu mengayuh sepeda ke stasiun, menunggu antrean, atau takut jika antreanku terlewati. Aku tinggal menunjukkan layar smartphone kepada petugas dan petugas akan memindai barcode yang tertera di layar. Tapi KAI Access ini menjadi aplikasi wajib yang harus dimiliki commuters, lengkap dengan LinkAja-nya. Suatu saat, salah seorang penumpang pernah diminta turun dari kereta karena beliau menggunakan screenshot yang menunjukkan barcode tiket. Duh, sedih kan. Untuk LinkAja pun demikian. Saat itu temanku ingin bepergian menggunakan KA Prameks, tapi tidak memiliki akun LinkAja, akhirnya dia meminjam akunku dengan perjanjian akan mengisikan saldo. Lah, bukannya lebih mudah jika punya akun sendiri? Entahlah, aku pun tidak begitu memusingkan pola pikir temanku saat itu.

Lebih mudah mengakses tiket bukan berarti lebih mudah mengakses tempat duduk. Karena sistem tempat duduk KA Prameks adalah siapa cepat dia dapat, sisanya harus rela berdiri. Namun saat pandemi Covid-19 di tahun 2020, berlaku pembatasan penumpang. Meski pernah menetap di rumah cukup lama karena kuliah daring, di pertengahan 2020 aku memilih untuk menetap di perantauan untuk melaksanakan kerja praktik dan mengurus organisasi. Akhirnya di masa tersebut, aku bolak-balik Solo-Jogja tiap bulan sekali. Saat itu rasanya senang, karena bisa duduk dengan bebas dan leluasa. Hehehe.

Tahun 2021 | Tap in dan tap out

Suasana KRL saat masa promosi

Februari 2021, Kereta Rel Listrik (KRL) relasi Solo-Jogja PP mulai diperkenalkan. Aku ingat bagaimana aku sangat menantikan promosinya di minggu pertama yang hanya dikenai biaya Rp1,00! Aku pun membeli kartu e-Money Mandiri dan memasang aplikasi KRL Access untuk trip KRL pertamaku. Bahkan aku terjaga hingga tengah malam untuk war kuotaKarena belum banyak yang mengenal meski antusiasme masyarakat tinggi, gerbong KRL pun tidak cukup padat. Namun kurasa, sensasinya pun sama saja. Dikatakan lebih cepat sebenarnya tidak. Hanya saja menggunakan teknologi yang berbeda dan berhenti di setiap stasiun kecil antara Solo-Jogja yang sebelumnya tidak disinggahi KA Prameks.

KA Prameks pun hanya melayani relasi Jogja-Kutoarjo. Bahkan saat perjalanan dinas terakhir KA Prameks untuk relasi Jogja-Solo, ada upacara penyambutan khususnya. Ah, sayang saat itu aku sedang tidak menggunakan kereta untuk bepergian, jadi tidak ikut menyaksikan. Tapi jujur, entah kenapa rasanya sedih banget.

Di saat Covid-19 memuncak pada pertengahan 2021, aku cukup kesulitan mengakses KRL karena beberapa rumor yang mengatakan bahwa penumpang KRL harus menunjukkan surat keterangan bekerja. Aduh, aku kan mahasiswa. Gimana, yah? Hingga akhirnya salah seorang rekan mengatakan jika mahasiswa bisa menggunakan Kartu Tanda Mahasa (KTM) saja. Yash! Akhirnya aku bisa menikmati perjalanan yang tenang, karena saat itu berlaku pembatasan penumpang.

Ketika kasus Covid-19 menurun, peraturan untuk jaga jarak tetap berlaku di KRL. Hmmm, gimana ya? Ya, memang seharusnya menjaga protokol kesehatan. Tapi rasanya melihat kursi kosong saat kita harus berdiri tuh ... aku pengen duduk juga! Yap, ada masa-masanya aku pun harus berdiri di KRL.

Awal tahun 2022, kasus Covid-19 makin menurun. Peraturan jaga jarak di KRL pun dihapuskan. Wah. Apakah itu berarti kursi bagi semua penumpang? Tentu saja tidak. Dengan tidak adanya pembatasan penumpang dan peraturan jaga jarak, artinya minat penumpang makin tinggi dan hasilnya adalah gerbong KRL yang penuh. Jika tidak beruntung, artinya gerbong KRL yang penuh dan sesak!

Yap, itulah bagaimana perubahan moda transportasiku sebagai mahasiswa rantau. Memang hanya memakan waktu 4 tahun, tetapi hei, aku melewati setiap masanya, loh! Mulai dari antre tiket, scan barcode, hingga tap in dan tap out. Mulai dari yang berambisi naik dari stasiun pertama, hopeless karena tidak mendapatkan kursi, menjaga jarak, hingga mengatur cara untuk bisa duduk dengan nyaman. Heheheh~

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan KKN

Peduli

Elektronika