Ekskul - SD

Bismillahirrahmanirrahim~

Sumber gambar : Google "pop up cards"
Apa kabar? Alhamdulillah bisa meluangkan waktu untuk sekadar menulis sesuatu. Setelah sekian lama sibuk dengan tugas - padahal di jeda ada libur juga sih, ya, dan ini sok sibuk banget - akhirnya bisa nulis lagi dan itu sesuatu banget.

Ekstrakurikuler atau yang lebih sering disingkat "ekstra" atau "ekskul" adalah kegiatan tambahan di sekolah sebagai sarana pengembangan diri atau menampung bakat dan kreasi murid di sekolah tersebut. Iya nggak? Ngasal sih, bikin pernyataannya. Ya itu menurutku aja. Sip.

Jadi, mari kita belajar dari pengalaman seseorang - sebut saja aku - sebagai referensi memilih ekskul. Karena kali ini aku bakal menceritakan perkembangan ekskul yang aku ikuti sejak aku mengenal kata ekskul itu sendiri.

Dimulai sejak aku masuk SD. 
Jadi, aku masuk ke SD yang beda dari kakak-kakakku yang ternyata berbeda jauh - banget - dari yang aku bayangkan sebelum masuk ke SD tersebut. Rasanya jadi murid kelas 1 SD yang dikelilingi lima kakak tingkat yang jumlahnya banyak, jadi junior of the junior yang masih unyu dan kawaii - tapi sebenernya enggak - dan serem sendiri lihat mbak-mas yang udah kelas 6 SD. Wajahnya udah dewasa banget. Apa dulu adik kelasku yang kelas 1 SD lihat aku pas kelas 6 SD juga kayak gitu ya?

Jadi pas kelas 1 SD, setelah menerima angket ekstrakurikuler, aku menunjukkannya kepada Ibu. Di sana ada ekskul seni lukis yang langsung aku minati tanpa pikir panjang lagi. Lalu Ibu menyarankan untuk mengikuti ekskul bahasa Inggris. Yaa.. mungkin biar bahasa Inggris-ku lebih bagus lagi. Oke, aku pilih dua ekskul - karena sekolah juga menyarankan dua ekskul - yang memiliki jadwal berbeda.

Dulu, SD tempatku belajar libur di hari Jum'at dan masuk di hari Ahad. Jadi segala jenis ekskul diadakan hari Sabtu - Ahad. Kebetulan seni lukis dan bahasa Inggris dijadwalkan hari Ahad. Ya..., yaudah aku masuk hari Ahad pakai baju bebas. Apa yang aku ingat waktu itu? Hmmm...

Oke, hari pertamaku ikut ekskul saat kelas 1 SD sangat ... sangat ... - gimana cara mengekspresikannya? - "mengerikan". Sebenarnya seni lukis sangat menyenangkan dan aku sangat menyukainya karena sesuai dengan minat. Tapi begitu jadwal seni lukis yang digabung dengan kelas 2 selesai, aku harus mengikuti ekskul bahasa Inggris. Aku ingat sekali, Ibu membekaliku buku tulis bergambar serigala/rubah dengan latar hijau untuk ekskul bahasa Inggris-ku. Tapi entah mengapa aku merasa takut dan perutku serasa mulas buat ikut ekskul itu. Akhirnya aku menggelengkan kepala saat ibu mengantarku untuk memasuki kelas ekskul bahasa Inggris. In the end, aku hanya mengikuti ekskul seni lukis, satu-satunya ekskul yang aku sukai di SD.

Ekskul seni lukis yang dibina ole Pak C - sebut saja begitu - sangat menyenangkan. Pak C selalu mengapresiasi murid-muridnya untuk menggambar lebih baik lagi. Aku ingat waktu itu Pak C meminta kami menggambar sesuatu - yah sesuatunya lupa. Setelah gambar itu dikumpulkan, lalu dikembalikan - hmmmmm. Temanku berinisial Z dipanggil untuk mengambil gambarnya. Sempat aku mendengar Pak C memuji gambar Z,

"Bagus, warnanya berani!" dan memberi Z sebuah kartu pop-up yang aku lupa gambarnya apa.

Giliran aku maju, aku juga dipuji demikian - bukan bermaksud sombong - tapi aku enggak dapet kartu pop-up! Aaaaaaaaa,kok aku enggak dapet???!!!!

Tapi berikut-berikutnya, Pak C memberiku kartu pop-up. Ya enggak semuanya pop-up sih, lebih banyak seperti kartu ucapan. Aku ingat banget, waktu itu Pak C mengapresiasi hasil kreasiku dengan pop-up bergambar peri dengan background kuning. Baguuuus banget - tapi sekarang udah enggak tau di mana - dan Pak C berkata,

"Nggak ada yang bikin kayak gini - kartu pop-up nya. Kalau ada, nanti bilang ke saya."

Well, suatu hari aku pergi ke toko alat tulis dan aku nemu kartu pop-up. Di pertemuan seni lukis berikutnya, aku lapor ke Pak C kalau ada yang jual begituan. Wkwkwkwk, polos banget dah.

Selama aku ikut seni lukis, aku diikutkan lomba-lomba mewarnai - karena masih kelas 1 SD - atau bahkan menggambar. Tapi ya ... ya ... Allah enggak menghendaku aku menang saat itu. Sedih sih iyalah sedih, masih kelas 1 SD kan ya masih polos soal menang-kalah. Tapi ada satu hal yang aku sadari, gaya menggambarku sama sekali enggak mirip dengan gaya mastah-mastah cilik yang memenangi lomba-lomba itu. Apalagi buat temanku yang jago banget gambar dan bahkan dia sekarang jago nulis juga. Dia adalah Thifal Kharida. M. Kenal kan, kenal kan? Gambarnya dia bagus banget, karya ceritanya juga keren. Dan Thifal juga ikut seni lukis, tapi ikutnya enggak sejak pertemuan pertama, tapi sejak pertemuan ke berapa gitu.

Pak C baik banget, selalu mengapresiasi murid-muridnya. Yah, jadi kangen Pak C dan kacamata beliau.

Kelas 2 SD
Yeee, aku naik kelas. Di kelas 2, aku masih ikut ekskul seni lukis. Habis nggak ada ekskul lain yang aku minati selain seni lukis.

Ada beberapa hal yang paling aku ingat dari ekskul seni lukis di kelas 2. Pembinaku masih sama, Pak C. Suatu hari Pak C mengajak kami untuk melukis dengan media kaca. Aku cus aja minta Bapak dibeliin kaca yang seukuran buku gambar A3 beserta cat-cat untuk mewarnainya. Waktu itu pakai cat apa ya... Cat kayu kayaknya. Eh gatau ding. *krik krik*

Jadi awalnya kami membuat sketsa - yang bagiku sama sekali bukan sketsa, tapi cuma coretan yang enggak bisa disebut sketsa - di buku gambar A3. Setelah itu kacanya diletakkan di atas buku gambar dan kami mulai nge-blat gambaran kami ke kaca menggunakan spidol permanen. Setelah itu diwarnai pakai catnya. Selesai... Yeeeeee

Enggak berhenti sampai di situ. Pak C meminta karya-karyaku diberi pigura. Akhirnya aku mengajukan tiga gambar; gambar hutan yang pohonnya udah ditebang, gambar orang - yang aneh banget, baaanget, baaaaaaaaaanget, baaaaaaaaaaaaaaaaaanget, dan gambar di kaca itu. Setelah dipigura, aku menyerahkannya ke sekolah.

Maa syaa Allah, gambarku dipajang. Aku ingat betul. Gambarku yan pohon itu dipajang di kelas III D - pada masaku, saat kelas 3. Gambarku yang orang aneh banget - habis kepalanya gede banget - dipajang di aula. Nahlo, gambar paling aneh diapajang di aula! Dan gambar di kaca nya aku lupa dipajang di mana.

Kelas 3 SD
Di kelas 3 SD, aku memilih ekskul bahasa Inggris karena saking bingungnya milih ekskul. Di kelas 3 ini, mulai dibuka ekskul-ekskul lain yang lebih berat seperti ensambel musik, badminton, dan bela diri. Mari kita simak percakapanku dengan seorang teman berinisial S - yang dulu juga ikut seni lukis.

S : Az, kamu ikut ekskul apa?
A : Kayaknya seni lukis.
S : Kamu tu udah kelas tiga, masih mau ikut seni lukis???
A : ...

Jadi, pas kelas 1 SD aku pernah lihat ada mbak-mbak dari kelas 3 yang juga ikut ekskul seni lukis. Jadi aku kepengin ikut lagi di kelas 3 ini. tapi ternyata ekskul seni lukis enggak ada di kelas 3 - pada masa itu. Sediiih...

Akhirnya dengan terpaksa aku ikut ekskul bahasa Inggris.

Waktu itu aku kelas III D. Jadi kelasnya beda. Kelas III A - III C sendiri. III D dan III E sendiri. Aku sama Mister siapa gitu. Pokoknya kesan pertama aku ikut ekskul bahasa Inggris tu rasanya aneh banget, kalau aku ingat-ingat. Yang ada di bayanganku sekarang, aku sedang melihat diriku sendiri ikut-ikutan tertawa di kelas bahasa Inggris - yang saat itu jadwalnya hari Sabtu yang pulangnya lebih cepat dari biasanya.

Sudah bisa ditebak kelanjutannya. Aku enggak mau ikut ekskul bahasa Inggris lagi. Dengan berbagai alasan enggak jelas yang cukup membuktikan kalau aku enggak niat.

Sebenarnya aku iri sama yang ekskul ensambel musik, badminton, dan bela diri. Saat bulan Ramadhan, ketiga ekskul itu mendapat libur. Ya, ensambel musik kan waktu itu main recorder sama pianika, jadi kan capek kalau puasa-puasa main begituan. Badminton sama bela diri ... enggak perlu dijelasin kan, kenapa mereka libur pas Ramadhan.

Jadi, aku enggak ikut ekskul apa-apa di kelas 3 SD. Ada satu hal yang aku ingat, aku sering memperhatikan anak-anak bela diri berlatih. Karena ada alasan tertentu yang nggak mungkin aku ungkap di sini, dan itu memalukan.

Kelas 4 SD
Entah mengapa di kelas 4 ini aku memilih ekskul bahasa Inggris lagi. Salah satu faktornya adalah karena aku enggak tau mau ikut ekskul apa, Tapi kelas 4 SD ini berbeda dari kelas 1 SD atau 3 SD.

Jadwal ekskul bahasa Inggris untuk kelas 4 adalah hari Sabtu, sekitar pukul 14.30 - 15.30. Pokoknya pulang dari ekskul sudah masuk waktu Asar. Sedangkan hari sabtu pulang sekitar pukul 12.30. Ya, sudah bisa ditebak, aku harus menunggu. Sementara itu, kelas bahasa Inggris akan digunakan untuk kakak kelas 5 - kalau enggak salah.

Pembina bahasa Inggri kali itu adalah Mr. W - sebut saja begitu. Aku tidak mengingat terlalu banyak mengenai materi yang diberikan Mr. W. Aku hanya mengingat satu materi, yaitu tentang always, often, sometimes, dan kawan-kawannya. Entah mengapa aku hanya mengingat yang itu. Bukan berarti aku tidak memperhatikan - halah.

Di kelas Mr. W juga sering ada maju bergilir untuk ngetes kemampuan berbahasa Inggris. Oiya, waktu itu kelas yang dipakai adalah kelas pojok yang gelap. Masih bisa kuingat ada beberapa murid laki-laki di lajur kanan dan murid-murid perempuan di lajur kiri. Waktu itu yang dipakai adalah kelas I, jadi masih pakai bangku, bukan kursi.

Sebenarnya, ada banyak cerita di balik aku tetap mengikuti ekskul bahasa Inggris kali ini. Yaitu waktu menunggu yang sangat panjang.

Teman-teman ekskul bahasa Inggris-ku beberapa adalah anak-anak yang rumahnya dekat dengan sekolah, yang ke sekolah cuma perlu jalan kaki. Sembari menunggu jadwal ekskul, aku ikut dengan mereka berkeliling kampung di dekat sekolah.

Pernah suatu hari kami pergi ke tanah lapang yang sebenarnya berada di tepi jalan raya, namun ditutup dengan seng-seng. Kami ke sana sambil makan catering atau ada yang bawa makan siang sendiri. Masih kuingat betul, di tanah lapang itu ada pohon randunya. Kami mendekatinya dan memetik buahnya. Aku membuka buah tersebut dan kudapati kapuk di sana. Hahaha..., sungguh itu pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan!

Selain ke tanah lapang, kami juga bermain ke sebuah Kelompok Belajar dan TK. Di sana kami mendadak jadi anak kecil lagi. Kami main jungkat-jungkit, prosotan ... Ya begitu. Gak kalah seru dengan bermain di tanah lapang.

Satu pengalaman yang sangat berkesan saat menunggu ekskul bahasa Inggris adalah sepedaan keliling kampung. Kebetulan saat itu aku ke sekolah naik sepeda. Sambil menunggu jadwal ekskul bahasa Inggris, kami memilih sepedaan. Tak kusangka, ternyata sepedaan itu menjadi ajang lomba kejar-mengejar. Aku saat itu membonceng temanku, sebut saja R. Satu hal yang kuingat adalah saat itu aku ngebut naik sepeda. R teriak-teriak memintaku untuk lebih cepat lagi karena kami sudah tersusul. Akhirnya aku membelok ke gang kecil.

Jatuh? Enggak, nggak jatuh. Ya pokoknya sepedaan malah jadi kejar-kejaran. Dan berbagai cerita lain saat  menunggu ekskul bahasa Inggris. Apa daya, aku cuma bisa ingat yang itu. Sisanya aku udah lupa. Huaaa....

Jadi, di kelas 4 SD aku ikut ekskul bahasa Inggris. Selain karena gurunya asyik dan kelasnya seru, momen bersama teman-teman se-ekskul juga membuatku bertahan di ekskul ini, tidak seperti saat kelas 1 SD maupun 3 SD.

Kelas 5 SD
Di masa paling seru saat SD, aku enggak ikut ekskul apa-apa. Lagipula aku sudah disibukkan - eciah disibukkan - dengan pembinaan yang sebenarnya sudah dimulai sejak kelas 4 SD. Jadi aku ikut pembinaan untuk Siswa Teladan. Ada juga teman-temanku yang disiapkan untuk Lomba IPA dan Matematika.

Anak IPA dan Matematika enak, mereka cuma mempelajari satu bidang saja. Sementara aku dan teman-temanku yang Siswa Teladan harus mempelajari 5 bidang; IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, dan PKn. Wuaaaah...

Pada suatu waktu, ada lomba LCC. Aku, temanku berinisial I dari IPA, dan temanku berinisial Rz dari Matematika ditunjuk sebagai peserta. Apa?!

Yaa, waktu itu banyak belajar bareng. IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Kami lebih banyak belajar di perpustakaan dan kantor guru kelas 4. Waaaah, aku jadi ingat waktu pembinaan pelajaran IPA yang dibina Bu S - sebut saja begitu. Bu S dengan baiknya mentraktir kami bakso yang biasa jualan di samping sekolah. Waaaah...

Pembinaan LCC ini menyita waktu Pramuka yang diadakan hari Senin dari habis ishoma Dzuhur sampai Asar. Alhasil aku sering colut Pramuka. Padahal di kelas 5 SD, aku jadi pinru-nya. Pada suatu hari aku harus ikut pembinaan dan meninggalkan Pramuka. Tiba-tiba aku mendapat laporan dari teman sereguku.

"Az, tadi pas kegiatan - apa ya aku lupa - regu kita menang!"

Alhamdulillah. Waktu itu seneng banget. Tanpa aku, teman-teman sereguku bisa menang. Seolah aku kayak apa aja kalau ngerasa gitu. Seneng deh, pokoknya.

Oiya, waktu Pramuka - dan aku enggak pembinaan - ada teman sereguku yang tiba-tiba pingsan. Menurut para saksi - karena aku selalu yang di depan jadi enggak terlalu tau apa yang ada di belakang, pemimpin macam apa ini - temanku berinisial Sl itu sedang tertawa riang lalu tiba-tiba saja pingsan.

Kelas 6 SD
Ya, enggak ada ekskul untuk anak kelas 6. Bahkan masuk hari Ahad sudah dihapuskan sejak pertengahan kelas 5. Namun di kelas 6 ada pembinaan untuk persiapan UN setiap hari Ahad.

Kiranya begitu pengalamanku mengikuti ekstrakurikuler di SD. Kisah-kisah polos anak SD dan nilai-nilai baik yang baru kusadari sekarang.

Guru yang baik adalah guru yang mendidik dan mengapresiasi muridnya

Pilihlah sesuatu sesuai apa yang kaumau dan sesuai jalan yang baik. 

Sahabat adalah alasan terkuat untuk bertahan. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan KKN

Peduli

Elektronika