Cemburu
Namaku Rahma. Aku duduk di kelas enam. Aku mempunyai seorang sahabat bernama Zahra. Zahra selalu menemaniku ke mana aku pergi. Zahra juga yang selalu mendengarkan keluhanku ketika menghadapi masalah. Bisa dikatakan kalau Zahra adalah sahabat terbaikku.
Suatu hari, seorang anak pindahan luar kota datang ke dalam kehidupanku. Dea, begitulah namanya. Ia anak yang baik dan pandai. Ia selalu mentraktir Nina, teman sekelasku yang kurang mampu. Kadang aku dan Zahra mengobrol dengannya. Kadang Dea juga mengikut aku dan Zahra.
Akhir-akhir ini, Dea sering sebangku dengan Zahra. Huh, gara-gara adikku terlambat, aku juga ikut terlambat. Jadi aku tidak bisa sebangku dengan Zahra. Aku kalah cepat dengan Dea! Akhirnya aku terpaksa duduk di belakang mereka, menyaksikan betapa asyiknya mengobrol dengan Zahra.
Hari ini, aku duduk di belakang Zahra dan Dea lagi. Mereka sangat asyik mengobrol. Membicarakan tentang jawaban ulangan IPA kemarin, atau masalah yang sangat penting. Kulihat Dea melirikku dengan kesal, seakan-akan berkata, "Pergi kamu! Jangan ganggu aku dan Zahra!" Huh, saat tahu Dea melirikku dengan kesal seperti itu, aku langsung pergi.
Kriiing ... Bel tanda istirahat berbunyi. Aku keluar kelas, menunggu Zahra. Biasanya aku ke kantin bersama Zahra saat istirahat begini. Saat Zahra keluar kelas, kulihat ia masih asyik mengobrol dengan Dea. Bahkan Zahra tak melirikku. Kulihat juga Dea melirikku lagi. Ia menarik lengan Zahra jauh-jauh dari hadapanku.
Aku pun berjalan ke kantin sendiri. Aku duduk di sebuah kursi di dekat pagar kantin. Saat aku memandang isi kantin, kulihat Zahra dan Dea sedang asyik mengobrol tak jauh dariku. Mereka tertawa dengan keras. Huh, aku pun pergi meninggalkan kantin.
Saat aku berjalan keluar kantin, Nina datang menghampiriku. "Rahma, kamu marah ya?" tanyanya sambil menepuk pundakku.
"Enggak kok, cuma sedikit masalah saja," jawabku sambil tersenyum kecut.
"Apa masalahmu?" tanya Nina sambil mengikuti langkahku.
"Masalah persahabatan. Aku cemburu," jawabku.
"Oh, persahabatanmu dengan Zahra dirusak Dea?" tanya Nina.
"Ya, bukan dirusak sih," balasaku.
"Sudah, biarkan saja. Dea memang anaknya seperti itu. Dulu Karin pernah cemburu juga waktu Dea dekat dan sering traktir aku," cerita Nina.
"Makasih ya, Nin!" ucapku sambil berjalan cepat menuju kelas.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bel pulang sekolah berbunyi. Setelah berdoa, bebrapa anak di kelasku berhamburan keluar. Kuambil tasku dan menggendongnya. Aku ingin cepat-cepat pergi dari ruangan yang menyesakkan ini, karena ada Zahra yang sudah tak peduli denganku.
Saat kakiku melangkah keluar kelas, Zahra yang duduk di dekat pintu menarik lenganku. Aku terkejut. Segera aku masuk kembali kek kelas dan menatap Zahra dengan tatapan tidak menyenangkan.
"Rahma, kamu kenapa?" tanya Zahra sambil menggendong tasnya.
"Aku tidak apa-apa, cuma ada sedikit masalah," jawabku sinis.
"Kamu marah sama aku?" tanya Zahr sambil melangkah mendekatiku. "Gara-gara Dea ya?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk pelan. Dalam hatiku aku berkata, "Sudahlah, habiskan waktumu dengan Dea yang sudah membuatmu tertawa!"
"Maaf ya, Ma. Sebenarnya aku juga enggak betah sama Dea. Waktu di istirahat tadi aku terpaksa enggak lihat kamu, soalnya Dea cerita kalau dia sebal sama kamu. Katanya kamu sudah ngehancurin persahabatanku sama dia," jelas Zahra.
"Aku?! Enggak salah tuh?! Siapa yang pertama kali sahabatan sama kamu di kelas enam ini? Siapa?!" tanyaku dengan nada marah.
"Iya, iya. Aku tahu. Sekarang aku enggak mau sama Dea lagi. Kalau dia mau duduk di sampingku aku tinggal bilang kalau aku duduk sama kamu saja. Yuk, kita pulang!" ajak Zahra sambil menggandeng lenganku.
Aku tersenyum. Kulangkahkan kakiku mengikuti Zahra. Sekarang aku tahu, sebenarnya Zahra tidak mau dengan Dea. Akhirnya persahabatanku dengan Zahra kembali. :)
bagus :)
BalasHapusoh yah join di blog aku yah :)
makasih :)
Waah, keren kak! :)
BalasHapusJelajah On My Blog : makasih. oke!
BalasHapusNisa : makasih udah baca dan komen!
:D :D :D